Sudahlah, Ibu mau jaga kesehatan, merawat apa
yang bisa dirawat di rumah bersama Bapakmu yang belakangan sering sakit
pinggang. Tanaman di halaman rumah sekarang hijaunya tak karuan, meski kemarau
datang tapi hujan selalu sedia membasahi halaman. Nak, Anggrek Bulan yang
lebaran lalu kita tanam kini sudah sehat dan mekar, ingat kah dulu kita sama
pesimisnya memindahkan dia dari sebatang pohon ke dalam sebuah pot? Mungkin,
mekarnya itu bisa menahan rinduku padamu, Nak… tak apa juga sepertinya Ibu
sudah terbiasa dengan kepergianmu ke kota itu. Jangan lupa makan ya, anak
manis?
Tapi, ada yang keruh di hati beberapa bulan
terakhir. Kamu selalu saja menganggap uang dan harta jadi sesuatu yang Ibu butuhkan, itu keliru,
Nak. Jangan sakiti hati Ibu dengan uang yang kamu kirimkan sambil menggerutu soal masalah pekerjaan yang berat. Belum lagi keluh
kesahmu tentang susahnya menabung di kota. Kenapa kamu tak bersyukur, Nak?
Kenapa kamu tak simpan uangmu sendiri, toh kesuksesanmu nanti adalah kebanggaan
dan kebahagiaan Ibu juga? Sudahi niat baikmu kirimi Ibu uang, tabung baik-baik,
saat ini Ibu tak butuh banyak uang. Doakan Ibu saja nak, sering-sering tanyakan
kabar Ayahmu, semoga kami semua diberi kesehatan, Nak…
Lebaran telah usai, selamat menuju perantauan
lagi, Nak. Biar rasa rindu Ibumu ini jadi teman hari-hari tua, sampai jumpa
lebaran tahun depan
Kalau boleh Ibu bicara, lebaran
tak pernah jadi lebaran tanpa kehadiranmu, Nak. Teramat dalam sayang Ibu
kepadamu, apapun halangannya selalu saja Ibu buatkanmu opor ayam, kaldu dari
air dan santan yang adil takarannya. Kamu suka itu, Ibu senang sekali.
Nak, mengenang masa kecilmu dulu dan melihatmu sekarang adalah sebuah kebahagiaan. Sukses, Nak… buat semua orang bangga
Dulu Ibu sering marah dan jengkel
meratapi kamu yang pulang dari bermain dengan baju kotor dan sandal yang
tersisa cuma sebelah. Masih ingat saat kamu jatuh dan gigi depanmu tanggal,
Nak? Kemarin saat Ibu bereskan kolong dipan kamar, Ibu temukan gigimu nak,
kecil kecoklatan. Sekarang kamu punya gigi yang tumbuh lucu. Semoga sukses
disitu nak, bikin semua orang bangga, jangan hanya ibu yang terlanjur bangga…
Lihat betapa senja sudah mulai nampak di raut wajah Ibumu ini, adakah di sana tergambar keinginan duniawi? Tidak, Nak… jangan berikan itu…
Ibu sudah tua, sudah masuk usia lanjut, wajah Ibu
sudah keriput dan Ibu sudah tidak lagi peduli dengan itu. Merawat Ayahmu itu
yang Ibu lakukan tiap hari, kadang susah menegurnya untuk mengurangi kopi dan
gula, susah sekali, nak. Kamu yang sukses di sana, jangan terlalu rajin kirimi
Ibu uang, Ibu masih punya pensiunan dari Ayah. Nanti, kalau kamu pulang ke
rumah, bawakan Ibu beras merah buat Ayahmu karena gula berbahaya untuk dirinya.
Kapan kamu pulang, nak?
Menikahlah, Nak! Restu Ibu jadi penerang samudera yang kau lalui, dan jangan sangsikan itu
Akhirnya saat ini tiba, nak. Kamu akan pergi dari
rumah yang membesarkanmu, berlayar ke samudera raya bahtera rumah tangga
bersama keluargamu nanti. Restu dan lautan doa teriring dari setiap napas yang
Ibu embus dan hirup. Selamat jalan anakku, sayang-sayangilah apa yang diberi
Tuhan, kekasihmu itu selain baik hatinya, cakap parasnya, Ibu selalu setuju
pilihanmu. Selamat, Nak
Saat-saat akhir di kehidupan ini, Nak, maukah kamu temani ibu barang sejenak? Sungguh, buah manis yang ibu petik dari melahirkan dan membesarkanmu adalah saat ini…
Bagaimanapun dunia ini harus berakhir untuk Ibu.
Yang lahir akan mati, yang bertemu pun akan berpisah, Nak. Terima kasih atas
semua kenangan dan kasih yang kamu berikan, Nak. Saat-saat semakin senja, kamu
selalu ada di samping Ibu, Ibu menangis mengharu bahagia. Kamu anak baik, Ibu
bangga di sampingmu, Nak. Terima kasih telah berikan jalan kematian yang begitu
membahagiakan, Nak. Terima kasih.
Nak, lebaran masih lama, tapi kenapa Ibu selalu
bahagia ya? Atau sebab karena dengar kabar kamu mudik, ada gerangan apa kamu
cepat-cepat pulang ke rumah, Nak? Ibu senang sekaligus bertanya-tanya, Ibu
harap kamu pulang dua minggu lagi karena saat itu ayam yang Ibu pelihara masuk
usia yang cocok untuk dipanggang. Lucu sekali nak tingkah Ayahmu tiga hari ini,
kopi dan gula sudah Ibu sembunyikan, sekarang dia kelimpungan setiap pagi
membaca koran tanpa sesapan kopi. Sukses, selalu nak, jaga kesehatanmu di situ,
angin malam akhir-akhir ini bikin meriang.
Mudah-mudahan inspirasi yang di tulis oleh Galih
Fajar Bisa bermafaat buat kita.
Penulis :
GALIH FAJAR
Sumber : ww*.hipwee.com
EmoticonEmoticon